SANDIWARA TERORISME

SANDIWARA TERORISME 

Oleh: Nasrudin Joha 



Islah.web.id - Sudahlah, umat tambah jengah dan capek dengan babak seri 'Terorisme' yang tiada berkesudahan. Diskusi berbusa di rumah rakyat, di gedung parlemen, disiarkan secara live, dipamerkan keseluruh khalayak, atau ujaran berapi-api untuk terbitkan Perppu terorisme, menjadi tidak relevan. Apa sebab ?

Baru saja teror horor dilayangkan kepada Presiden, Presiden sebagai simbol negara, kepala negara sekaligus kepala Pemerintahan diancam dibunuh, ditembak, videonya beredar luas.

Tapi apa yang terjadi ? Penenggak Hukum melepaskan, ujaran teror dianggap candaan. Lantas apa artinya membahas UU teror Kalo teror yang didepan mata saja dibiarkan ?

Lantas untuk apa penenggak hukum minta tambahan wewenang dan ingin memperluas tindak pidana teror, kalau UU yang ada saja, yang sudah cukup untuk menindak, dikesampingkan ?

Aneh dan lucu-lucu memang negeri ini. Bendera teroris Israel dikibarkan dianggap tradisi, begitu kaum muslimin berpose dengan Liwa dan Roya, bendera Rasulullah, dicari-cari pasal.

Memakai kaos Palu arit dianggap trend, mode, tetapi menggunakan kaos tauhid, dituding radikal. Memakai kaos #2019GantiPresiden, kalutnya bukan kepalang, giliran kubu sendiri melanggar didiamkan.

Bagaimana rakyat mau percaya, jika praktik bernegara memamerkan kemunafikan ? Bagaimana hukum bisa objektif -katakanlah ketika wewenang ditambah, penalisasi diperluas- jika praktik penenggak hukum sering tebang pilih dan pilih tebang ?

Ayolah, jangan dustai nalar publik. Ayolah, jangan kebiri daya kritis publik. Saat kalian didepan kamera, kritik itu tidak saja terhadap apa yang kalian ucapkan, bahkan bahasa tubuh pun mampu dicerna publik.

Ingat ! Jutaan pasang mata memperhatikan gerak gerik kalian, janganlah terlalu amatiran jika memainkan peran. Janganlah terlalu Loba, menganggap rakyat terlalu bodoh. Rakyatmu bukanlah pengidap telenovela, rakyatmu IP nya lebih dari 3 (tiga), bukan cuma dibawah 2 (dua).

Semakin diperhatikan, semakin menjadi, semakin tidak terkendali. Semua jauh dari konsepsi idiil, semua nampak anatiran. Mungkin ini namanya "BANTENG KETATON", sudah terluka parah, bersimbah darah, tindakan tidak lagi terkontrol, tidak lagi berdasar nalar. Asal seruduk, asal merespons, asal melawan, asal menggeliat, padahal ajalmu semakin dekat.

BECIK KETITIK, OLO KETORO, KABEH MESTI NGUNDUH UWOHING PAKERTI. Kalian tidak mungkin bisa lari, kalian yang menebar angin, kalian pula yang akan menuai badai. Teruslah berbuat, sesuka kalian, malaikat Allah pasti mencatat, Allah SWT tidak akan mendiamkan, doa kaum tertindas (terdzalimi) pasti diijabah.

Ingatlah ! Ada hari perhitungan, ada hari pembalasan, ada Surga dan Neraka. Jadi, teruslah mendaku jalan menuju neraka, dan nestapa dunia, biarlah sejarah yang akan menertawakan kalian.

sumber gambar: http://sinarharapan.net

0 Komentar